Sebelum dikirim ke kamar eksekusi pada 17 Januari 2006 di California, Allen sudah berkali-kali meminta pengampunan. Aduhai betul, bukan? Orang mungkin bertanya-tanya, sekiranya menit-menit jelang eksekusi itu Baker merasa mulas, apa yang lebih merisaukannya, belum sempat ke belakang atau sebentar lagi bakal mampus?Ĭlarence Ray Allen tidak bisa sesantai Baker Junior menerima kematian. Stanley Baker, Jr, seperti catatan di atas, tak ingin mati dengan perut lapar. Sekarang, ini pertanyaannya: apa yang akan kaulakukan jika tahu bagaimana dan kapan kematianmu datang? Perdebatan semacam itu menarik dan layak ditulis tersendiri, tapi tidak kali ini.
Jika, misalnya, aku bilang, “Orang itu mati karena serangan jantung,” tak perlulah kau menukas, “Bagaimana kautahu serangan jantung yang menyebabkan kematiannya? Yang tepat adalah orang itu mati setelah terkena serangan jantung.” Sebelum cerita ini berlanjut, marilah pertama-tama bersepakat bahwa kau tak akan mengajakku berdebat dengan membawa-bawa paham eksistensialis. Nasib penderita penyakit terminal kurang lebih sama dengan derajat kepastian yang lebih longgar. Jika sudah bosan bernyawa, ia tinggal cari gara-gara dengan sesamanya yang lebih lihai.ĭalam eksekusi terpidana mati, kapan dan bagaimana kematian datang malah bisa diketahui beberapa orang sekaligus, para penjatuh hukuman dan si sial. Seorang ninja, misalnya, sangat paham bahwa ia hanya bisa mati di tangan ninja lain jika tak ingin meninggal dunia karena sebab-sebab alami. Beberapa orang tahu bagaimana dan kapan kematiannya akan tiba. Santapan terakhir yang diminta Stanley Baker, Jr., 35 tahun, terpidana mati kasus pembunuhan, sebelum eksekusi pada di Austin, Texas, Amerika Serikat. 2 porsi rib eye masing-masing seberat 1 ponġ porsi dada kalkun seberat 1 pon (diiris tipis)Ģ hamburger besar dengan mayo, bawang bombay, dan seladaĢ porsi kentang bakar dengan mentega, krim asam, keju, dan kucaiĤ lembar keju atau setengah pon keju cedar diparutġ chef salad dengan minyak bumbu blue cheese